Blogroll

Batman Begins - Diagonal Resize 2

Sabtu, 25 Oktober 2014

Perbedaan kebudayaan barat dan kebudayaan timur



Kebudayaan Barat adalah kebudayaan yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara memahami ilmu pengetahuan dan filsafat. Mereka melakukan berbagai macam cara diskusi dan debat untuk menemukan atau menentukan makna seperti apa yang sebenarnya murni/asli dari kesadaran. Mereka banyak belajar juga mengajar yang awalnya datang dari proses diskusi dan perdebatan yang mereka lakukan. Melalui proses belajar dan mengajar, para ahli kebudayaan barat dituntut untuk pandai dalam berceramah dan berdiskusi. Hal itu dilakukan karena pada akhirnya akan banyak yang mengikuti ajarannya.

Kebudayaan Timur adalah kebudayaan yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara melakukan berbagai macam pelatihan fisik dan mental. Pelatihan fisik yang mereka jalani dapat dicontohkan dengan cara menjaga pola makan dan minum ataupun makanan apa saja yang boleh dimakan dan minuman apa saja yang boleh diminum, karena hal tersebut dapat berpengaruh kepada pertumbuhan maupun terhadap fisik mereka sendiri. Sedangkan untuk pelatihan mental yaitu dapat berupa kegiatan yang umumnya/mayoritas dilakukan sendiri, seperti : bersemedi, bertapa, berdoa, beribadah dan lain sebagainya.

Perbedaan antara kebudayaan Barat dan kebudayaan Timur, yaitu :
 
1.  Opini/Pendapat
Orang Timur cenderung berbelit-belit dalam hal beragumen atau menyelesaikan suatu masalah yang terjadi, terkadang hanya berputar-putar dulu untuk megatakan sesuatu, padahal maksud dan tujuannya tidak serumit yang dimaksudkan. Sangat berbeda dengan orang Barat, mereka langsung ke pokok masalah dan mereka tidak biasa untuk berbasa-basi.   

2.  Waktu

Orang Timur terkenal kurang menghargai waktu bila ada janji kadang mereka datang tidak tepat pada waktunya. Berbeda dengan orang Barat mereka begitu sangat menghargai waktu, sebab mereka paling tidak suka kalau janji tidak pada waktunya. 

3.  Gaya Hidup

Orang Timur khususnya Indonesia sangat senang kalau tetap merasa dekat dengan anggota keluargannya, kebersamaan yang terjalin yang lebih diutamakan dalam hal ini. Sedangkan, orang Barat mereka cenderung hidup secara individualis serta memiliki rasa sosialisasi yang rendah dilingkungan mereka. 

4.   Hubungan

Karena orang Timur sangat bersosialisasi atau menjalin hubungan lebih komplek, maka salah satu situs jejaring sosial yang sekarang lagi popular lebih banyak diminati oleh orang Timur, khususnya Indonesia sendiri. Berbeda sekali dengan orang Barat mereka lebih individualis atau menutup diri dan sangat jarang menjalin hubungan dengan orang lain. 

5.   Terhadap Hal yang Baru

Orang Timur kalau ada sesuatu/hal yang baru, belum merasa puas kalu belum sampai memilikinya, nggak heran dari kebanyakan orang di Indonesia banyak yang konsumtive, suka berganti-ganti barang, tidak merasa puas, ingin lebih dan lebih lagi, hanya karena tidak ingin ketinggalan model. Berbeda dengan orang Barat kalau ada sesuatu yang baru, tidak serta merta pengen tahu dan pengen memiliki atau memakainnya, hanya sekedar rasa ingin tahu semata. 

 6.   Anak

Dikeluarga orang Timur terutama di Indonesia, perlakuan orang tua terhadap anak sudah sangat memanjakan sehingga anak tidak dapat hidup mandiri sampai usia dewasa pun anak tidak bisa lepas dari kedua orangtuannya dan selalu bergantung terhadap mereka, dengan harapan keturunan yang mereka manjakan dari kecil bisa hidup langgeng dan sukses. Berbeda dengan keluarga orang Barat, anak-anak mereka di didik supaya mandiri semenjak kecil sehingga setelah dewasa orang tua pun sudah bisa melepaskannya dan tidak bergantung lagi kepada kedua orang tua mereka. 

 7.  Trendi

Jika orang Barat lebih senang sesuatu yang berbau tradisional atau alami, kebalikannya kalau orang Asia belum disebut trendi kalau tidak bergaya kebarat-baratan, contoh : orang Timur lebih merasa gengsi kalau makan ditempat fast food, padahal dinegara asal mereka makanan tersebut bisa dibilang makanan biasa saja. 

8.   Masa Tua

Kalau orang Timur masa tua lebih banyak ngurusin cucu mereka, kalau di Barat tidak pernah ada namanya mengasuh seorang cucu. Paling tidak hanya sekedar ketemuan itu pun bila merasa rindu saja, karena hidupnya sudah masing-masing. 

9.   Transportasi atau Kendaraan

Dahulu orang Barat sewaktu muda lebih menyukai mengendarai mobil, zaman sekarang lebih suka memakai sepeda dan ada juga yang lebih suka berjalan kaki, mungkin karena faktor kesehatan yang mereka sudah terapkan. Berbeda dengan orang Timur, kalau dulu maasih memakai sepeda bahkan berjalan kaki hingga bikilo-kilo meter jauhnya kalau sekarang sudah harus pakai mobil kemana-mana biar bisa lebih dilihat mewah oleh orang lain.

10.     Makanan
Umumnya orang Barat makan dibagi menjadi 3 yakni makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup. Berbeda dengan orang Timur ketiga-tiganya adalah makanan utama bagi mereka.

Diatas hanya beberapa contoh perbedaan kebudayaan Barat dan kebudayaan Timur.Walau proses dari dua kebudayaan tersebut berbeda, tapi tujuannya yang mereka capai sama yaitu untuk mensejahterakan kebudayaan mereka masing-masing. Akan tetapi kekurangan dan kelebihan dari kedua kebudayaan tersebut hanya dapat dirasakan oleh pengikutnya itu sendiri.

Referensi :
http://danisapujiati94.blogspot.com/2012/12/perbedaan-kebudayaan-barat-dan.html

Kebudayaan dan kepribadian



Budaya dalam ranah individual
Budaya terbagi atas ranah sosial dan ranah individual. Pada ranah sosial dikarenakan budaya lahir ketika manusia bertemu dengan manusia lainnya dan membangun kehidupan bersama yang lebih baik sekedar pertemuan-pertemuan incidental. Sedangkan dalam ranah individual karena budaya diawali ketika individu-individu bertemu untuk membangun kehidupan bersama dimana individu-individu tersebut memiliki keunikan masing-masing dan saling memberi pengaruh. Individu membawa budayanya pada setiap tempat dan situasi di kehidupannya sekaligus mengamati dan belajar budaya lain dari individu lain yang saling berinteraksi dan selanjutnya dibawa pulang pada budaya aslinya, dan mengembangkan budaya tersebut.
Kepribadian dalam lintas budaya.
Budaya, kepribadian, dan konsep diri saling mempengaruhi satu sama lain sekaligus dan dengan tujuan akhir bekerja integrative membentuk individu yang utuh. Kepribadian mempengaruhi dan menjadi rangka acuan dari pola pikir, perasaan, dan perilaku individu serta bertindak sebagai aspek fundamental dari setiap individu tersebut.
Definisi kepribadian
Hal pertama yang menjadi perhatian dalam studi lintas budaya dan kepribadian adalah perbedaan diantara beragam budaya dalam memberi definisi kepribadian. Kepribadian adalah serangkaian karakteristik pemikiran, perasaan, dan perilaku yang berbeda antara tiap individu dan cenderung konsisten dalam setiap waktu dan kondisi. Ada dua aspek dalam definisi ini yaitu: kekhususan (distinctiveness) dan stabilitas serta konsistensi (stability and consistency) (Phares, 1991).
Dalam psikoanalisa Freudian tahapan-tahapan perkembangan kepribadian mulai dari oral hingga dewasa. Begitu masa kanak-kanak terlewati dan kepribadian telah terbentuk maka kepribadian adalah cenderung dalam garis konsisten di setiap waktu dan kondisi.
Dalam behavioristik bahwa kepribadian adalah kumpulan respon-respon kebiasaan. Dalam teori ini kepribadaian dipandang cenderung menetap sekalipun ada rentang toleransi respon dalam menyesuaikan stimulus dan reinforcement (reward and punishment) yang mungkin timbul.
Dalam teori Humanistik bahwa kepribadian diarahkan oleh pemenuhan level-level kebutuhan dengan puncaknya adalah keberhasikan dalam aktualisasi diri.
Pada budaya timur (East Cultures) kepribadian adalah Konstektual (constextualization), bersifat lentur yang menyesuaikan dengan budaya dimana individu pemilik tersebut mengisi hidupnya. Setiap daerah memiliki budaya yang berbeda oleh karenanya untuk dapat bertahan individu harus menyesuaikan dengan budaya setempat termasuk kemungkinan merubah kepribadiannya.
Kandungan teori kepribadian
Fenomena kedua yang menunjukkan hubungan antara budaya dengan kepribadian adalah masalah antesedent, atau latar belakang kondisi sosial budaya dimana suatu teori dibangun, yang mempengaruhi bagaimana isi dan suatu teori dibangun. Kondisi sosial selalu terus berubah sebagaimana budaya yang dinamis saling berasimilasi dan berakulturasi.
Metodelogi dan cara pengukuran
Bagaimana metodelogi dan cara mengukur suatu kepribadian dalam konteks lintas budaya?
  • Metodelogi: banyak sekali kesulitan dan bias yang timbul ketika dilakukan studi-studi dalam ranah psikologi lintas budaya. Misalnya persoalan bahasa, penggunaan Multilingual (peneliti dan subjek penelitian memiliki bahasa yang berbeda) sehinggan member respon yang berbeda terhadap pertanyaan dalam tes kepribadian.
  • Cara pengukuran: banyak alat-alat tes kepribadian dikembangkan oleh peneliti dari Amerika-Eropa. Sehingga sangat mungkin stimulus maupun standar norma dan interpretasi alat psikotes kurang mampu diterapkan dalam pengukuram kepribadian individu dari budaya non-western.
Locus of control
Hal yang paling menarik dalam kajian antara kepribadian dengan konteks lintas budaya adalah masalah locus of control. Menurut Rotter (1966) bahwa setiap orang berbeda dalam bagaimana dan seberapa besar control diri mereka terhaadap perilaku dan hubungan mereka dengan orang lain serta lingkungan.
Berdasarkan arahnya lokus kontrol kepribadian dibedakan menjadi dua yaitu:
  1. Internal, melihat independency yang besar dalam kehidupan dimana hidupnya sangat ditentukan oleh dirinya sediri.
  2. Eksternal, melihat diri mereka sangat ditentukan oleh bagaimana lingkungan dan orang lain melihat mereka.
Lokus control seringkali dihubungkan dengan karakter-karakter kepribadian. Literature Amerika menjelaskan bahwa pribadi-pribadi dengan lokus kontrol eksternal tampak lebih sering mengeluh namun lebih mudah berkompromi ketika menghadapi konflik.
Budaya dan Perkembangan Kepribadian
Kepribadian manusia selalu berubah sepanjang hidupnya dalam arah-arah karakter yang lebih jelas dan matang. Perubahan tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungan dengan fungsi-fungsi bawaan sebagai dasarnya.
Stern (dalam Saffet, 1985) menyebutkan sebagai Rubber Band Hypothesis (Hipotesa ban karet). Predisposisi seseorang diumpamakan sebagai ban karet dimana faktor-faktor genetic menentukan sampai dimana ban karet tadi dapat ditarik dan faktor lingkungan menentukan sampai seberapa panjang ban karet tadi akan ditarik atau direntang. Dari hipotesa diatas dapat ditarik bahwa budaya memberi pengaruh pada perkembangan kepribadian seseorang.
Gutman (1976, dalam Price, 2002) yang menyatakan bahwa sesungguhnya ada sebuah keurutan (sequence) yang universal dalam perkembangan kepribadian manusia. Ada tiga tahapan yang dialami lelaki Amerika dalam arah kedewasaanya yaitu dalam setiap tahap, individu melihat diri mereka dan dunia merekan dengan cara dan pandangan yang berbeda, memiliki dorongan-dorongan (drives) yang setiap tahapnya juga berbeda, dan begitu pula dengan gaya pertahanan dirinya.
Ditarik kesimpulan bahwa semakin seseorang bertambah tua, tampak semakin pasif, motivasi berprestasi dan kebutuhan otonomi semakin turun, dan lokus kontrol dirinya semakin mengarah ke luar (eksternal).
Budaya dan Indigenous Personalites
Yaitu suatu kajian kepribadian yang bersifat lokal. Di Indonesia kajian mengenai indigenous personality diawali oleh Darmanto Jatman (1997). Dalam bukunya Psikologi Jawa, Jatman menemukan adanya profil kepribadian manusia jawa yang memandang jiwanya adalah sebagai rasa. Rasa ini terbagi menjadi tiga, yaitu rasa subjek, rasa objek, dan rasa pertemuan subjek-objek. Ketiganya disebut rasa hidup. Kemudian dalam proses perjalanannya, manusia jawa membuat catatan-catatan dari pengalamannya bertemu dengan kenyataan-kenyataan. Catatan ini hidup, makin banyak, makin beragam, mengelompokkan diri sesuai jenis-jenisnya dan pada akhirnya memunculkan rasa aku. Disini tampak bahwa kepribadian bersifat konstektual tanpa henti.
Konsep barat tentang diri dan sifat kepribadian selalu merujuk pada diri yang terpisah, otonom, dan atomis (terbentuk dari seperangkat sifat, kemampuan, nilai dan motif yang dapat saling dipilah) dengan mencari keunika yang menunjukkan artu keterpisahan dan ketaktergantungan dengan orang lain.
Konsep budaya timur, kebertalian (relatedness), kesalingterhubungan (connectedness), dan saling ketergantungan (interdependency) merupakan landasan konsep diri yang tak terpisah dan selalu terkait dengan orang lain dan lingkungan luar.
Budaya dan Konsep Diri
Definisi konsep diri
  • Konsep diri adalah organisasi dari persepsi-persepsi diri (Burns, 1979). Organisasi dari bagaimana kita mengenal, dan menilai diri kita sendiri.
  • Suatu deskripsi mengenai siapa kita, mulai dari identitas fisik, sifat, hinggan prinsip.
  • Konsep diri adalah inti dari keberadaan (existence) dan secara naluriah tanpa disadari mempengaruhi setiap pikiran, perasaan dan perilaku individu tersebut.
Dua kontinum yang sering dilakukan untuk mempermudah studi mengenai konsep diri dalam lintas budaya adalah konstruk diri individual dan diri kolektif atau (independent construal of self dan interdependent construal of self).
  1. Diri Individual
Diri individual adalah diri yang fokus pada atribut internal yang sifatnya personal, kemampuan individual, inteligensi, sifat kepribadian, dan pilihan-pilihan individual. Diri adalah terpisah dari orang lain dan lingkungan.
Budaya dengan diri individu mendesain dan mengadakan seleksi untuk mendorong ketidak tergantungnya setianp anggota dengan anggota yang lain. Mereka didorong untuk membangun konsep akan diri yang terpisah dari orang lain, termasuk dalam kerangka tujuan keberhasilan. Disini nilai kesuksesan dan perasaan akan harga diri membentuk khas individualism. Ketika individu sukses untuk melaksanakan tugas budaya, tidak tergantung pada orang lain, maka mereka lebih puas akan diri mereka dan harga diri merekan meningkat, hal iini dikarenakan berkat usaha keras dari individu tersebut karena mampu mampu menggapainya tanpa bantuan orang lain.
  1. Diri kolektif
Budaya yang menekankan nilai diri kolektif sangat khas dengan ciri perasaan akan keterkaitan antar manusia satu sama lain. Tugas normatif utama pada budaya ini adalah bagaimana individu memenuhi dan memelihara keterikatannya dengan individu lain. Individu diminta menyesuaikan dirinya dengan orang lain atau kelompok untuk mempu membaca dan memahami pikiran perasaan orang lain, bersimpati untuk menempati dan memainkan peran yang telah diberikan. Tugas normatif sepanjang sejarah budaya adalah mendorong saling ketergantungan satu sama lain, sehingga diri (self) lebih fokus pada atribut eksternal termasuk kebutuhan dan harapan-harapannya.
Dalam konstruk diri kolektif, nilai keberhasilan dan harga diri apabila individu mampu memenuhi kebutuhan komunitas dan menjadi bagian penting dalam hubungan dengan komunitas. Individu fokus pada status keterikatan dan penghargaan serta tanggung jawab sosialnya.
Pengaruh terhadap persepsi diri
Studi yang dilakukan oleh Bond & Tak-Sing (1983) dan Shweder dan Bourne (1984) menunjukkan bagaimana perbedaan konstruk diri mempengaruhi persepsi diri. Dalam studinya yang membandingkan kelompok Amerika dengan kelompok Asia, mereka meminta subjek menuliskan beberapa karakteristik yang menggambarkan dirinya. Pada umumnya subjek memberikan beberapa respon, yaitu dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: respon abstrak atau deskripsi sifat-kepribadian semacam (saya seorang yang mudah bersosialisasi, pemarah, dll) dan respon situasional semacam (saya biasanya mudah bersosialisasi dengan teman-teman dekat saya, ramah, dsb). Hasil studi menunjukkan bahwa subjek Amerika cenderung memberikan respon abstrak, sedangkan subjek Asia cenderung respon situasional. Selanjutnya dianalisis bahwa individu dengan konstruk diri yang dependent cenderung menekankan pada atribut personal, kemampuan ataupun sifat kepribadian, sebaliknya individu dengan konstruk diri interdependent lebih cenderung melihat dirinya dalam konteks situasional dalam hubungannya dengan orang lain (Matsumoto, 1996).
Pengaruh pada social explanation
Konsep diri juga mejadi semacam pola paduan bagi kognitif (cognitive template) dalam melakukan interpretasi  terhadap perilaku orang lain. Individu dengan diri individual (Independent self) yang memiliki keyakinan bahwa setiap orang memiliki serangkaian atribut internal yang relatif stabil semacam: sifat kepribadian, sikap,dan kemampuan, akan menganggap orang lain juga memiliki hal yang sama. Ketika mereka melakukan pengamatan dan interpretasi terhadap perilaku orang lain, mereka berkeyakinan dan mengambil kesimpulan bahwa perilaku orang lain tersebut juga didasari dan didorong oleh aspek-aspek dalam atribut internalnya.
Kesalahan dalam pengambilan kesimpulan mengenai perilaku orang lain (atribusi) yang didasari asumsi atribut internal ini disebut fundamental atribution error (Ross dalam Matsumoto, 1996). Fundamental atribution error ini ditemukan tidak terjadi pada individu-individu dengan latar budaya konsep diri kolektif (interdependent culture). Budaya diri kolektif memandang perilaku individu adalah tergantung dan ditentukan oleh faktor situasional. Individu dari budaya diri kolektif ini cenderung menjelaskan perilaku orang lain dalam kerangka faktor situasional dari pada faktor internal. Pada tahun 1984, Miller menguji pola social explanation pada kominas budaya Amerika dan budaya India Hindu.
Pengaruh pada motivasi berprestasi
Menurut Feldman, 1999, motivasi adalah faktor yang membangkitkan (direct) dan menyediakan (energize) tenaga bagi perilaku manusia dan organisme lainnya. Dalam teori Motivasi Maslow, manusia memiliki hierarki kebutuhan dari kebutuhan paling dasar yaitu fisiologis hingga kebutuhan paling tinggi yaitu aktualisasi diri. Sementara menurut Mc-Clelland manusia juga dimotivasi oleh dorongan sekunder yang penuh tenaga yang tidak  berbasis kebutuhan, yaitu: berprestasi, berafilasi atau menjalin hubunagn, dan berkuasa. Menurut Mc-Clelland motivasi berprestasi adalah sebuah keteguhan, karakter belajar dimana terdapat kepuasan yang diperoleh melalui perjuangan dan penggapaian suatu keunggulan, dalam arti lain suatu hasrat untuk keunggulan atau kecenderungan untuk memperjuangkan kesuksesan.
Dalam tradisi barat, konsep diri bersifat individual, motivasi diasosiasikan sebagai sesuatu yang personal dan internal, dan kurang terkait dengan konteks sosial ataupun interpersonal.  Motivasi ini dicirikan adanya kecenderungan untuk memaksa menekan diri sendiri dan secara aktif berjuang menggapai suatu kesuksesan yang individual sifatnya. Menurut Matsumoto, 1996, yang membedakan dua bentuk dari motivasi berprestasi yang berorientasi individual dan yang berorientasi sosial. Motivasi berprestasi yang berorientasi individual umumnya ditemukan pada masyarakat budaya sebagian Eropa dan Amerika. Di masyarakat China, sebaliknya motivasi berprestasi dengan orientasi sosial ditemukan lebih umum dibandingkan yang berorientasi individual.
Pengaruh pada Peningkatan Diri (Self Enhancement)
Pandangan positif mengenai diri akan membangkitkan keyakinan diri, kepercayaan diri, dan motivasi diri untuk lebih bersosialisasi dan mencapai prestasi yang lebih tinggi. Memelihara atau meningkatkan harga diri diasumsikan akan memiliki bentuk yang berbeda pada budaya yang cenderung interdependent. Diantara orang-orang yang datang dari budaya interdependent, penaksiran atribut internal diri mungkin tidak terkait dengan harga diri atau kepuasan diri. Sebaliknya, harga diri atau kepuasan diri terlihat lebih terkait dengan keberhasilan memainkan peranan dalam kelompok, memelihara harmoni, menjaga ikatan dan saling membantu. Bagi orang-orang dari interdependent culture, melihat diri sebagai unik atau berbeda malah akan menjadikan ketidakseimbangan psikologis diri.
Pengaruh pada Emosi
Emosi dapat diklasifikasikan atas arah hubungan sosial dari emosi, yaitu apakah emosi tersebut akan mengarahkan pada pemisahan diri dengan lingkungan yang selanjutnya disebut socially disengaged emotions dan emosi yang akan mengarahkan pada keterhubungan dengan orang lain dan lingkungan luarnya atau dikenal sebagai sociallly engaged emotions. Beberapa emosi negatif semacam marah atau frustasi dimasukkan dalam socially disengaged emotions. Emosi-emosi iini cenderung mendorong terjadinya pemisahan, penarikan diri, ataupun penolakan hubungan sosial sekaligus secara simultan meningkatkan rasa penerimaan diri untuk mandiri dan lepas dari ketergantungan dengan orang lain.
  • Beberapa emosi positif semacam rasa bersahabat atau rasa menghargai dan dihargai berjalan pada arah sebaliknya dan dimasukkan dalam  sociallly engaged emotions. Emosi ini dialami sebagai hasil dan menjadi bagian dari suatu hubungan dekat atau rasa ikatan komunitas. Emosi ini sekaligus memberi energi untuk membangun hubungan yang sudah dekat menjadi lebih dekat.
Beberapa tipe dari emosi yang negatif, semacam rasa bersalah ataupun rasa hutang budi juga dimasukkan dalam tipe ini. Emosi ini biasanya merupakan hasil dari pengalaman kegagalan atau melakukan kesalahan dalam suatu hubungan. Individu yang mengalami emosi ini akan terdorog untuk melakukan harmonisasi yaiu memperbaiki kesalahan ataupun membalas budi.

Referensi  :
https://faruqngabar.wordpress.com/2011/06/28/budaya-dan-kepribadian-manusia

Pertumbuhan Penduduk



Nama : Parulian Siagian
NPM : 58414401
Kelas : 1IA14

1.  A. Pertumbuhan Penduduk
  • Pengertian pertumbuhan penduduk ialah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya.
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambuhan penduduk:
1. Kelahiran (Fertilitas)
Kelahiran merupakan faktor alami. Kelahiran adalah bertambahnya jumlah penduduk di suatu wilayah.
2. Kematian (Mortalitas)
Kematian merupakan faktor alami. Kematian adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan manusia secara permanen atau berkurangnya penduduk pada suatu wilayah.
3. Perpindahan (Migrasi)
Migrasi merupakan faktor non-alami. Faktor terakhir yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan penduduk suatu daerah adalah Perpindahan (Migrasi) atau Mobilitas Penduduk yang artinya proses gerak penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain dalam jangka waktu tertentu.
  • Macam-macam pertumbuhan penduduk:
1. Pertumbuhan Penduduk Alami
Pertumbuhan penduduk alami adalah pertumbuhan penduduk yang diperoleh dari selisih kelahiran dan kematian.
2. Pertumbuhan Penduduk Migrasi
Pertumbuhan penduduk migrasi adalah pertumbuhan penduduk yang diperoleh dari selisih migrasi masuk dan migrasi keluar.
3. Pertumbuhan Penduduk Total
Pertumbuhan penduduk total adalah pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh faktor kelahiran, kematian, dan migrasi.
  • Dampak Pertumbuhan Penduduk:
  1. Lahan tempat tinggal dan bercocok tanam berkurang.
  2. Semakin banyaknya polusi dan limbah yang berasal dari rumah tangga, pabrik, perusahaan, industri, peternakan, dll
  3. Angka pengangguran meningkat.
  4. Angka kesehatan masyarakat menurun.
  5. Angka kemiskinan meningkat.
  6. Pembangunan daerah semakin dituntut banyak.
  7. Ketersediaan pangan sulit.
  8. Pemerintah harus membuat kebijakan yang rumit.
  9. Angka kecukupan gizi memburuk.
  10. Muncul wanah penyakit baru
B. Migrasi
  • Migrasi adalah adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain.
  • Macam – Macam Migrasi:
1. Migrasi Internasional adalah  perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lainnya. Migrasi internasional dibagi menjadi tiga , yaitu :
- Imigrasi: Masuknya penduduk ke suatu negara
- Emigrasi: Keluarnya penduduk ke negara lain
- Remigrasi: Kembalinya Penduduk ke negara
2. Migrasi Nasional adalah perpindahan penduduk di dalam satu negara. Dibagi menjadi empat , yaitu:
- Urbanisasi: Perpindahan penduduk Dari Desa ke Kota
- Transmigrasi: Perpindahan penduduk Dari Pulau ke Pulau
- Ruralisasi: Perpindahan penduduk Dari Kota ke Desa
- Evakuasi: Perpindahan penduduk Dari tempat yang tidak aman ke tempat yang aman, biasanya terjadi kerena bencana alam, peperangan, dll.
  • Faktor-faktor Penyebab Terjadinya MigrasiSecara umum faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya migrasi adalah sebagai berikut :
-Faktor ekonomi, yaitu ingin mencari kehidupan yang lebih baik di tempat yang baru
- Faktor keselamatan, yaitu ingin menyelamatkan diri dari bencana alam seperti tanah longsor, gempa bumi, banjir, gunung meletus dan bencana alam lainnya
- Faktor keamanan, yaitu migrasi yang terjadi akibat adanya gangguan keamanan seperti peperangan, dan konflik antar kelompok
- Faktor politik, yaitu migrasi yang terjadi oleh adanya perbedaan politik di antara warga masyarakat seperti RRC dan Uni Soviet (Rusia) yang berfaham komunis
- Faktor agama, yaitu migrasi yang terjadi karena perbedaan agama, misalnya terjadi antara Pakistan dan India setelah memperoleh kemerdekaan dari Inggris
- Faktor kepentingan pembangunan, yaitu migrasi yang terjadi karena daerahnya terkena proyek pembangunan seperti pembangunan bendungan untuk irigasi dan PLTA
- Faktor pendidikan, yaitu migrasi yang terjadi karena ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
  • Proses Migrasi
• Proses migrasi ia menetap di suatu wilayah
• Proses migrasi hanya sementara diwilayah itu sewaktu-waktu ia dapat kembali lagi ke wilayah tempat asalnya
• Hanya sekedar berlibur diwilayah itu
Proses keberangkatan migrasi bisa dilakukan dengan cara-cara tertentu misalkan kalau imigran hanya satu orang bisa melakukannya dengan naik sepeda motor, kalau imigran dengan banyak orang satu keluarga maka bisa melakukannya dengan naik kendaraan roda empat atau juga naik kapal laut itulah yang biasa dilakukan imigaran dalam melakukan migarasi di Negara Indonesia. Tahun pun makin lama makin berlaju dan proses imigrasi pun menjadi sangat lebih pesat dan perubahan yang terjadi dari mulai tahun yang lalu higga tahu ini sangatlah banyak, pada tahun ini tercatat banyak sekali imigran illegal/gelap yang tidak mendaftarkan dirinya pada sensus penduduk pada kota asalnya balia semua itu terjadi begitu saja tanpa adanya rasa kesadaran maka makin lama akan terjadi kepadatan penduduk akan teradi dan susah menanganinya dikarenakan susahnya mendata para imigran.

  • Dampak Migrasi Penduduk
Migrasi penduduk baik internal atau nasional maupun eksternal atau internasional masing-masing memiliki dampak positif dan negatif terhadap daerah asal maupun daerah tujuan. Berikut adalah dampak dari Imigrasi:
  1. Dampak Positif dan Negatif Migrasi Internasional antara lain:
             Dampak Positif Imigrasi:
- Dapat membantu memenuhi kekurangan tenaga ahli
- Adanya penanaman modal asing yang dapat mempercepat pembangunan
- Adanya pengenalan ilmu dan teknologi dapat mempercepat alih teknologi
- Dapat menambah rasa solidaritas antarbangsa
            Dampak Negatif Imigrasi
- Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
- Imigran yang masuk adakalanya di antara mereka memiliki tujuan yang kurang baik seperti pengedar narkoba, bertujuan politik, dan lain-lain.
            Dampak Positif Emigrasi
- Dapat menambah devisa bagi negara terutama dari penukaran mata uang asing
- Dapat mengurangi ketergantungan tenaga ahli dari luar negeri, terutama orang yang belajar ke luar negeri dan kembali ke negara asalnya
- Dapat memeperkenalkan kebudayaan ke bangsa lain
            Dampak Negatif Emigrasi
- Kekurangan tenaga terampil dan ahli bagi negara yang ditinggalkan
- Emigran tidak resmi dapat memperburuk citra negaranya.
2. Dampak Positif Migrasi Nasional antara lain :
           Dampak Positif Transmigrasi
- Dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama transmigran
- Dapat memenuhi kekurangan tenaga kerja di daerah tujuan transmigrasi
- Dapat mengurangi pengangguran bagi daerah yang padat penduduknya
- Dapat meningkatkan produksi pertanian seperti perluasan perkebunan kelapa sawit, karet, coklat dan lain-lain
- Dapat mempercepat pemerataan persebaran penduduk
           Dampak Negatif Transmigrasi
- Adanya kecemburuan sosial antara masyarakat setempat dengan para transmigran.
- Terbengkalainya tanah pertanian di daerah trasmigrasi karena transmigran tidak betah dan kembali ke daerah asalnya.

           Dampak Positif Urbanisasi
- Dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja di kota
- Mengurangi jumlah pengangguran di desa
- Meningkatkan taraf hidup penduduk desa
- Kesempatan membuka usaha-usaha baru di kota semakin luas
- Perekonomian di kota semakin berkembang
           Dampak Negatif Urbanisasi
- Berkurangnya tenaga terampil dan terdidik di desa
- Produktivitas pertanian di desa menurun
- Meningkatnya tindak kriminalitas di kota
- Meningkatnya pengangguran di kota
- Timbulnya pemukiman kumuh akibat sulitnya mencari perumahan
- Lalu lintas di kota sangat padat, sehingga sering menimbulkan kemacetan lalu lintas.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Kebudayaan di Indonesia
contoh kasus:
Baju Kebaya merupakan pakaian asli Indonesia sejak zaman Kerajaan Majapahit, sekitar abad 15M. Bentuknya yang sederhana dan sopan dapat diterima oleh agama islam. Pada zaman tersebut, kebaya digunakan sebagai pakaian sehari-hari kaum wanita Indonesia. Baju ini juga digunakan hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu, Negara Indonesia telah tumbuh dan berkembang. Pada zaman sekarang ini, baju kebaya di gunakan hanya pada acara-acara tertentu saja, biasanya digunakan pada acara yang resmi/sakral seperti, pada acara pernikahan, acara keulusan/ wisuda, upacara adat, dll. Bahkan disainer-disainer Indonesia sudah banyak yang menjadikan baju kebaya sebagai projek rancangan mereka, lalu ditampilkan dalam sebuah acara fashion show.

3. Kebudayaan Barat
Kebudayaan barat adalah kebudayaan yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara mamahami ilmu pengtahuan dan filsafat. Kebudayaan Barat tak bisa langsung diartikan kebudayaan yang datang dari barat. Budaya barat bukanlah sebuah istilah sebuah arah mata angin yaitu budaya pada bagian barat kita, melainkan sebuah istilah yang berawal dari kawasan eropa barat.
contoh kasus:
Negara Indonesia tersohor dengan budayanya yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, terutama dalam hal berpakaian. Hal tersebut tercermin dari para leluhur bangsa Indonesia pada zaman dahulu, terutama kaum wanitanya yang mempunyai ciri khas berpakaian sederhana dan sopan. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, di era globalisasi sekarang ini, nilai-nilai tersebut seolah-olah mulai memudar. Banyak remaja dan tak sedikit pula orang dewasa yang cara berpakaiannya mengikuti kebudayaan barat, pakaian yang mempertontonkan aurat yang sangat tidak mencerminkan kebudayaan asli Indonesia. Saya sebagai salah satu remaja Indonesia yang menyaksikan dan mengalami langsung dampak dari kabudayaan barat ini tidak menepis kemungkinan untuk terkena dampaknya. Tetapi semua itu harus di imbangi dengan pengendalian diri dan memperkuat iman dan taqwa kepada Tuhan YME, agar tidak terjerumus lebih jauh kedalam kebudayaan barat yang sedang melanda Negara Indonesia.


Referensi :
http://annisazainal.wordpress.com/tag/pengertian-pertumbuhan-penduduk